Selasa, 20 September 2011

Mengnal IPv6 Lebih Dalam

IP versi 4 habis! Begitu judul yang menghias banyak kanal berita. Bulan Februari kemarin IANA (lembaga yang mengatur penggunaan IP di seluruh dunia) memang sudah tidak memegang alamat IPv4 lagi. Semua slot telah dibagikanke seluruh dunia melalui koordinator tiap benua. Jika slot di koordinator tiap benua itu habis juga, maka IPv4 resmi ludes. Namun tenang saja karena hal tersebut telah diprediksi oleh para ahli sehingga internet terus ada. IPv6 inilah yang akan menggantikan IPv4 secara bertahap. Berikut sejumlah penjelasan mengenai IPv6.


Apa itu Internet Protocol?
Internet Protocol atau popular dengan sebutan IP adalah standar yang mengatur bagaimana dan lewat mana paket informasi dikirim dari jaringan internet maupun intranet. Agar paket data sampi ke tujuan yang benar, tiap perangkat yang terhubung ke internet harus memiliki alamat IP yang unik. Jika ada dua perangkat memiliki IP yang sama maka akan terjadi yang disbut "IP Conflict" karena paket bingung akan diarahkan kemana.


Apa Masalah IPv4?
Ketika dibuat tahun 1981, IPv4 menggunakan 32-bit alamat  atau hanya sekitar 4,3 Milyar alamat. Dari jumlah itu sekitar 18 juta alamat digunakan untuk private network dan 270 juta untuk multicast addresses sehingga tidak bisa digunakan untuk publik. Sebenarnya jumlah yang tersisa masih sangat banyak namun lebih banyak lagi perangkat yang terhubung ke internet. Alhasil, alokasi alamat yang dimilki IPv4 sudah tidak mencukupi lagi. Karena itulah kita membutuhkan IPv6 yang memiliki lebih banyak alamat.


Kapan Alamat IPv4 akan habis?
Tergantung area tapi setidaknya 1 sampai 3 tahun lagi. Ribut-ribut kemrain lebih disebabkan APNIC (organisasi yang mengatur penggunaan IP di Asia Pasifik) telah meminta dua tambahan blok IP Address ke IANA (lembaga yang mengatur penggunaan IP sedunia). Permintaan tersebut menyebabkan blok IP Address yang tersisa tinggal 5 (satu blok memiliki 16,8 juta alamat). Sesuai peraturan, 5 blok IP yang tersisa tersebut dibagi ke 5  pengurus IP tiap benua.
Seberapa lama IP Address itu akan habis tergantung laju penggunaan internet di benua tersebut. Benua dengan laju penggunaan internet cepat seperti Asia Pasifik atau Amerika Utara mungkin dapat menghabiskan blok tersisa dalam tempo satu tahun. Namun bagi benua yang penetrasi internetnya sudah meluas seperti Eropa atau penetrasi internetnya masih lambat seperti Afrika dan Amerika Latin waktu yang tersisa bisa tahunan. 


Jadi IPv4 benar-benar habis?
Sebenarnya  masih ada beberapa blok di luar sana yang tidak terpakai. Bahkan menurut penelitian John Heideman, peneliti dari University of Southern California, penggunaan IPv4 sebenarnya hanya 14%. Namun agak sulit menarik kembali IP Address yang sudah terlanjur tersebar. Sumber permasalahannya terjadi awal perkembangan internet, ketika pembelian alamat IPv4 dibagi dalam 3 pilihan blok: /8 (16,7 juta alamat), /16 (65 ribu alamat) dan /24 (256). Bagi perusahaan atau universitas yang membutuhkan misalnya 67 ribu IP Address, mereka mendapatkan satu blok /* sejumlah 16,7 juta alamat.
Beberapa pihak seperti Universitas Stanford atau Departemen Pertahanan AS telah dengan sukarela mengembalikan IP Address yang tidak mereka gunakan. Namun masih banyak pihak seperti MIT, IBM, Apple, AT&T atau Ford Motor yang belum menentukan sikapnya. Pihak IANA bisa saja meminta mereka mengembalikan jatah itu, namun mengingat populasi IPv4 tersebut berhak menjadikannya aset berharga. Jadi langkah paling logis saat ini adalah menggunakan IP versi 6.


IPv6 bisa mengatasi keterbatasan alamat tesebut?
Tentu saja jawabannya iya. Karena kapasitas pengalamatan ini naik dari 32-bit menjadi 128-bit atau dengan sekitar 2 pangkat 128 alamat. Di masa datang alamat sebanyak itu mungkin juga akan habis, namun setidaknya situasi terkendali sampai ratusan tahun dari sekarang.
Selain kapasitas yang jauh lebih besar, IPv6 juga memiliki banyak kelebihan yang ditawarkan IPv6.
Sistem pengalamatannya IPv6 sendiri menggunakan delapan kelompok kuartasedesimal yang dipisahkan titik dua. Ini berbeda dengan sistem pengalamatan IPv4 yang menggunakan empat kelompok tridesimal.
IPv4   192.168.0.1
IPv6   2001:cdba:0000:0000:0000:0000:3257:9652

Wah, beda banget ya?
Ya. Secara nama beda, secara teknologi pun berbeda. Itulah mengapa kedua protokol ini tidak saling kompatibel. Komputer yang ber-IPv4 tidak dapat menemukan mail sever ber-IPv6, begitu pula sebaliknya.
Namun bukan berarti internet akan hancur. paket yang dikemas dalam sistem IPv6 bisa dikemas ulang menjadi paket IPv4 sehingga komunikasi data tetap bisa terjadi. Namun cara ini tentu saja merepotkan dan boros sumber daya, sehingga berpotensi menurunkan kecepatan internet secara signifikan. karena itu cara terbaik adalah pindah ke IPv6.


Oke, saya akan migrasi ke IPv6. Bagaimana caranya?
Untuk mengadopsi  IPv6 dibutuhkan dukungan hardware maupun software. Di sisi end-product alias perangkat yang kita gunakan sehari-hari, relatif tidak ada masalah. Mayoritas kartu jaringan di dalam komputer, notebook, maupun smartphone masa kini telah mendukung IPv6, begitu pula Mac OS X versi 10.2 dan semua distro Linux.
Akan tetapi, masalah mulai rumit ketika menyentuh perangkat akses internet, sperti modem Anda. Mayoritas modem yang diberikan penyedia jasa internet belum mendukung IPv6, sehingga harus diganti atau di-upgrade. Di sisi backbone, permasalahan lebih pelik lagi. Server, router, load-balancer, dan semua node harus diganti agar mendukung IPv6.
Jadi inti permasalahan bukan di sisi pengguna biasa, namun di sisi infrastruktur. Karena besarnya usaha dan investasi yang harus dikeluarkan, proses migrasi ini bisa berlangsung tahunan.


Jadi, industri belum siap?
Siap tidak siap, mereka harus pindah. Beberapa negara seperti Amerika serikat, Kanada, Perancis, Jepang, Cina, dan Korea Selatan juga sudah melakukan beberapa kebijakan untuk mendorong penggunaan atau migrasi IPv6.
Pada tanggal 8 Juni 2011 lalu dijadikan agenda besar melakukan uji coba IPv6 selama 24 jam. Perusahaan yang ikut serta antara lain Google, Facebook, Yahoo, Akamai dan Limelight Networks. Mudah-mudahan, langkah ini bisa mendorong industri migrasi ke IPv6.


Kelebihan  IPv6: 
SLACC
SLACC (Starless Address Autoconfiguration) merupakan fitur standar yang ada pada IPv6. Host IPv6 dapat melakukan konfigurasi sendiri secara otomatis ketika terhubung ke jaringan IPv6 dengan menggunakan Internet Control Message Protocol versi 6 (ICMPv6). Ketika pertama kali terhubung ke jaringan, host mengirimkan permintaan multicast link-local ke router untuk parameter konfigurasi, jika tepat, router menanggapi permintaan tersebut dengan paket router yang berisi parameter konfigurasi jaringan.

QoS
IPv6 juga memiliki Qos (Quality of Services) yang lebih baik terutama dalam hal jitter dan packet-loss. Kelebihan ini berefek pada aplikasi Internet modem seperti VOIP, konferensi, bahkan game online.


IPSec
Pada awalnya IpSec (IP Security) dikembangkan untuk IPv6, namun lebih sering ditemukan implementasinya pada IPv4. IPSec merupakan bagian utuh dari keseluruhan sistem IPv6, sehingga kalau pada IPv4 IPSec bersifat opsional, untuk IPv6 merupakan sesuatu yang berwajib.


Mobile IPv6
Dengan semakin berkembangnya perangkat mobile yang terkoneksi dengan internet, tersedia Mobile IPv6. Fitur ini memastikan konsistensi transportasi layer koneksi dan memungkinkan sebuah komputer atau host untuk tetap terjangkau terlepas dari lokasinya selama dalam jaringan IPv6. Oleh karena itu perangkat mobile dimungkinkan untuk berpindah dari satu jaringan ke yang lain dengan tetap mempertahankan hubungan (dalam hal ini alamat/IP) yang ada.









0 komentar: